Minggu, 27 Desember 2009

Local Merchandise Shop

beberapa merchandise lokal AREMA yang bisa jadi referensi nawak2. kalau berminat, silahkan kontak langsung dengan yang bersangkutan.


Ongisnade Diadora Jacket (Limited Edition). CP: http://store.ongisnade.net/. Notes: dengan membeli merchandise ongisnade, anda berkontribusi langsung kepada AREMA & PT AREMA Indonesia


RootsRock. CP: Tyo Rendra, FB: http://www.facebook.com/search/?q=Tyo+Rendra&init=quick#/profile.php?id=1038751906


Ngalam Soak. CP: Sigit Tigis, FB: http://www.facebook.com/profile.php?id=703347014


Leonidas Clothing Co. CP: Adhib Ayahabb, FB: http://www.facebook.com/ayahab

Sabtu, 26 Desember 2009

Song List

1. The Oppressed - All Together Now
2. Harry J. Allstars - Liquidator
3. Wailer - Hooligan
4. Oasis - Blue Moon
5. Arema Voice - Ongis Nade

Andy Nicholls - Pengakuan Seorang Hooligan Kategori C

Andy Nicholls, adalah seorang mantan hooligan, manajer, dan juga penulis dari banyak buku tentang hooliganisme sepakbola. dia pernah dilarang datang pada pertandingan sepakbola (banned, red.), di semua tempat di Inggris dan Wales. dia juga dilarang menghadiri pertandingan sepakbola selama seumur hidupnya di kandang tim yang didukungnya, Everton, di stadion Goodison Park, dan pernah menjalani tiga bulan penjara karena kekerasan yang berhubungan dengan sepakbola.
selama lebih dari dua puluh lima tahun dia secara reguler terlibat dalam kekerasan dari pendukung klub. Nicholls diklasifikasikan oleh Unit Intelejen Sepakbola Nasional/National Football Intelligence Unit (NFIU) sebagai hooligan kategori C, rating tertinggi NFIU. dia pernah dipenjara lebih dari dua puluh kali untuk pelanggaran2 yang terkait dengan sepakbola, dan pernah dideportasi dari Belgia, Islandia, dan Swedia. ia juga sempat membuat sebuah terrace fanzine (newsletter) berjudul 'Get Into Them' yang dilarang terbit oleh pihak berwenang.

Nicholls mendapat perintah larangan datang di sebuah pertandingan sepakbola/Football Banning Order (FBO) pada 6 Oktober 2003, yang melarangnya untuk hadir disemua pertandingan sepakbola di Inggris dan Wales selama dua tahun, termasuk juga untuk pertandingan dimana dia selaku manajer sebuah klub anggota Liga Aliansi Wales/Welsh Alliance League (divisi tiga liga Wales), yaitu Holywell Town FC.
saat dia mengakui terlibat dalam football holiganism dalam bukunya, yang berjudul Scally: Confessions of a Category C Football Hooligan serta keterlibatannya dalam perkelahian di sebuah pub antara pendukung Everton dan Aston Villa, dimana dia mengaku hanya menolong korban yang cedera untuk melarikan diri. mengakibatkann Nicholls dipanggil oleh Pengadilan Liverpool dibawah Undang-undang Gangguan Sepakbola (Football Disorder Act) atas penerbitan buku tersebut, serta dilarang selama dua tahun, dan dikenai denda 500 pundsterling.

Pada April 2004, Nicholls didakwa bersalah oleh pengadilan Flintshire karena melanggar perintah larangan, setelah dia datang pada pertandingan antara Russia melawan Wales, di Russia. Nicholls yang tinggal di Roshesmor, timur laut Wales, pada saat menghadiri pertandingan tersebut adalah sebagai bagian dari perjalanan klub Holywell Town FC. Nicholls mengaku bahwa ia tidak mengetahui jika dilarang datang pada pertandingan timnas Wales; sebagai bagian dari supporter Inggris ia mengira pelarangan itu hanya berlaku untuk petandingan tim Inggris. Nicholls selanjutnya menjadi chairman dari Holywell Town.
Nicholls yang dilarang datang (banned, red.) di Everton, dimana hal ini berarti dia harus berada minimal 10 mil jauhnya dari tempat dimana Everton bermain baik tandang maupun kandang. sebagai bagian dari perintah larangan dia juga harus melapor di kantor polisi setiap kali pertandingan digelar (match days, red.), serta harus menunjukkan paspornya setiap kali tim Inggris bertanding di luar negeri. pelarangannya berakhir pada tahun 2005.

Nicholls membantu mempublikasikan 'Straight Red Campaign' pada Agustus 2006, dimana dia memperkenalkan perintah larangan datang di sebuah pertandingan sepakbola/Football Banning Order (FBO) di Skotlandia. FBO tesebut sudah berada di Inggris dan Wales selama 6 tahun, dan diperluas meliputi Skotlandia. kampanye ini dilaunching di Hampden Park, Glasgow; saat itu ia berkata "sebuah perintah pelarangan lebih menyakitkan dari pukulan dan tendangan apapun yang anda terima, dan lebih penting lagi, menyakitkan dari apapun juga. itu lebih menyakitkan dari dikirim ke penjara. perintah larangan merubah hidup saya karena telah mengambil sesuatu dari saya (kegemaran menonton sepakbola, red.), dimana sebagai hooligan, saya selalu bersemangat terhadapnya. mengambil sesuatu yang menjadi bagian dari hidup anda itu menyakitkan". pada bulan yang sama Nicholls juga muncul di program dokumenter BBC berjudul 'Panorama', sebuah investigasi undercover dari kekerasan pada piala dunia 2006 yang tidak terliput oleh media. dalam program itu dia berkata, "untuk menyingkirkan hooliganisme saat ini dan selamanya, anda harus menangkap semua pria berusia 14 hingga 40 tahun dan memotong tangan serta kaki mereka".

buku pertama Nicholls, yang berjudul Scally: Confessions of a Category C Football Hooligans juga mengulas tentang korban penyerangan pisau yang dilakukan oleh Country Road Cutters, firm yang dikaitkan dengan Everton. dia menceritakan pahitnya pertempuran Merseyside - Manchester yang mengakibatkan ratusan korban luka2. dia juga mengkonfrontir tuduhan rasisme di Goodison Park, dan ia menggambarkan pula rivalitas dengan geng Aberdeen, Chelsea, Millwall, Middlesbrough serta klub2 lainnya. dia juga turut menulis tiga buku lainnya bersama temannya sesama mantan hooligan, Cass Penant.


Bibliografi Andy Nicholls:
- Scally: Confessions of a Category C Football Hooligan (2002)
- Hooligans: The A-L of Britain's Football Hooligan Gangs Vol 1 (2005)
- Hooligans: M-Z of Britain's Football Gangs Vol 2' (2006)
- 30 Years of Hurt: A History of England's Hooligan Army (2006)

Burnley FC's Suicide Squad

komentar dari pengantar penerbit buku "Suicide Squad - The Story Of A Hooligan Firm"
"Burnley FC fans terkenal sebagai yang paling setia dari yang lain: klub mereka mengklaim dukungan terbesar di negeri ini bila dibandingkan ukuran kota mereka. seperti sebuah komitmen akan kengerian yang juga terinspirasi secara mengerikan, serta kadang2 loyalitas yang salah arah.

dari perang teras di tahun 1970an muncul sebuah geng yang dikenal sebagai Suicide Squad, dan Andrew 'Pot' Porter adalah salah satu dari para pemimpinnya. dibesarkan di bawah bayang2 stadion Turf Moor dalam komunitas utara "back-to-back terraces", dia mulai menonton pertandingan sepakbola sebagai 'anak umur sepuluh tahun yang sedang mengunyah apel', dan tak lama kemudian menjadi sesuatu yang lumrah di Long Side yang terkenal, di mana dia melihat eksploitasi dari legenda teras yang tak kenal takut seperti Norman Jones dan 'Crazy' Bungalow Bill.

roller coaster sejarah Burnley; dari divisi satu yang lama ke divisi empat serta ancaman sepak bola non - liga, dimana hal ini berarti Suicide Squad bentrok dengan hampir setiap rival di negeri ini, dari klub minoritas seperti Bury dan Wimbledon sampai raksasa seperti Spurs, Celtic, Birmingham dan Manchester City; dan Andrew 'Pot' Potter selalu berada di tengah2nya. petinju amatir yang sukses, yang juga seorang pendukung reguler dari tim nasional Inggris, di mana dia turut menyaksikan beberapa insiden yang paling terkenal dari sejarah modern.

dari perjalanan parau di sebuah van dengan tas penuh dengan kaleng bir, hingga tertidur mabuk di luar stasiun kereta api, sampai perkelahian dengan bonehead Jerman gila. Suicide Squad adalah keberanian, realitas, dan gambaran nyata dari sisi liar sepak bola Inggris".


Suicide Squad adalah FIRM hooligan sepakbola yang terhubung dengan tim sepakbola Liga Premier Inggris, Burnley FC. nama ini berasal dari perilaku (dahulu kala, red.) saat pertandingan tandang, dimana setiap keterlibatan tunggal dalam kekerasan pada perkelahian/kekacauan yang luar biasa, bisa digambarkan sebagai tindakan bunuh diri (suicide). nama ini menjadi semakin identik dengan grup ini pada awal '80an, dimana para anggota aslinya saat ini sudah berusia 40 tahunan, dan cukup terkenal dikalangan polisi, serta diyakini memiliki keterkaitan erat dengan serangkaian kejadian kekerasan.
diluar peperangan teras stadion sepakbola (terraces wars, red.) di tahun '70an, terbentuklah sebuah geng yang bernama Suicide Squad, di periode dimana kita juga bisa melihat Burnley FC terlempar dari divisi satu ke divisi empat, hingga ke ancaman pertandingan sepakbola non - liga. hal ini berarti menjadi diperhitungkan, terdisiplinkan, terorganisir; dan cukup untuk mengantarkan kengerian pada kelompok lawan dan setiap geng rival di seantero negeri, serta dikenal menjadi sebagai salah satu yang paling ganas dan paling berbahaya di Inggris raya.

meskipun sebagian bubar, namun grup yang lebih baru dan lebih mengancam mulai muncul. grup ini jauh lebih muda, dan menamakan diri mereka sendiri sebagai Burnley Youth. mereka masih berhubungan dengan kelompok hooligan yang lebih tua yang dikenal sebagai suicide squad, tapi menolak untuk mematuhi aturan permainan (rules of the game, red.). kelompok ini sangat 'keras' dan tidak begitu terpengaruh oleh taktik kepolisian. polisi kemudian mulai menerima laporan intelejen dari anggota suicide squad yang mulai khawatir jika saudara muda mereka benar2 "lepas kendali", dan melakukan perjalanan laga tandang dengan membawa senjata. tingkat kekerasan dan kondisi disekitar kejadian ini benar2 mempengaruhi kekhawatiran ini.

pada bulan November 2002, polisi Burnley dan Burnley FC bersama2 mencanangkan 'Operation Fixture', sebuah operasi yang ditujukan untuk menanggulangi hooliganisme sepakbola di sekitar stadion klub, dimana hal ini berarti stadion Turf Moor dengan lebih banyak larangan, lebih banyak penangkapan dan lebih banyak hukuman. operasi ini juga bertujuan untuk menanggulangi rasisme, contohnya salah seorang fans Burnley yang ditangkap gara2 memberikan salam nazi selama pertandingan Worthington Cup melawan Tottenham Hotspur FC.

pada 7 Desember 2002, seorang pendukung Nottingham Forest FC berusia 17 tahun tewas saat pendukung Burnley menyerang pendukung Nottingham Forest di Burnley Town Center. 2 hari kemudian pendukung Burnley berusia 19 tahun, Andrew McNee, anggota group yang disebut sebagai 'Suicide Youth Squad' ditahan dan dituduh melakukan pembunuhan. pada bulan Juli 2003, McNee didakwa hukuman tujuh tahun di penjara remaja setelah ia mengaku bersalah atas pembunuhan. dia juga dilarang datang pada pertandingan sepakbola (banned, red.) selama sepuluh tahun. dalam persidangan, hakim berkomentar bagaimana serangan tersebut bisa terjadi "samasekali tanpa sebab, selain korban mendukung tim sepakbola yang berbeda dan memiliki keberanian untuk mendatangi tim tuan rumah (terdakwa), dimana bagi sebagian orang hal tersebut justru harus dihindari"; seraya menambahkan bahwa hooliganisme sepakbola adalah "momok dalam olahraga". ia juga mengatakan bahwa pengadilan menegaskan bahwa siapa pun yang terlibat dalam kekerasan akan menghadapi dakwaan berat.
McNee dibebaskan dari penjara pada 2006. beberapa minggu kemudian, dia didenda 200 pounds setelah mengaku bersalah karena melanggar masa sepuluh tahun larangan datang ke pertandingan sepakbola. dimana pada 22 Juli 2006 polisi menangkapnya diluar stadion Turf Moor, saat Burnley bertanding melawan Bolton Wanderers FC; pertandingan kandang pertama Burnley sejak McNee dibebaskan dari penjara.

pada Juli 2007, salah satu dari pendiri Suicide Squad, Andrew Porter, yang menulis buku tentang firm tersebut berada di akhir tiga tahun masa larangannya untuk menghadiri pertandingan dalam, maupun luar negeri (dalam mendukung timnas Inggris, red.). namun, polisi Burnley menerapkan perintah larangan terbaru bersamaan dengan dimulainya musim baru, yang ini berarti hanya seminggu lagi sebelum Operation Fixture berakhir, sejak diperkenalkan pada 2002.
pada Mei 2009, pendiri Suicide Squad lainnya, Philip Holmes, dilarang datang ke pertandingan sepakbola (banned) diseluruh Inggris dan Wales. larangan ini seiring dengan arus insiden kejadian sejak larangan sebelumnya berakhir pada Februari 2007, termasuk pula perannya sebagai tokoh kunci pada pertandingan saat melawan Stoke City & Sheffield United di musim 2008/2009.

Suicide Squad juga muncul di serial dokumenter televisi The Real Football Factory, yang pertama kali disiarkan Bravo Television Channel.

Selasa, 22 Desember 2009

Respon Terhadap Isu Rasisme Yang Menimpa AREMA

pasca pertandingan lawan Persipura Jayapura, 9 Desember lalu; AREMA ditimpa isu rasisme. berbuntut dengan jatuhnya sanksi dari Komisi Disiplin (komdis) PSSI berupa satu kali pertandingan tanpa penonton (lawan Persib, 19 Desember), & denda sebesar Rp 50 juta. hukuman yang berat bagi sebuah tim sepakbola yang tengah mengalami krisis finansial! tuduhan rasisme tersebut terlontar dari offisial Persipura saat jumpa pers usai pertandingan. yang mengatakan bahwa AREMANIA telah bertindak rasis, dengan mengolok2 pemain Persipura dengan sebutan yang mengarah rasial. selain pelemparan botol yang mengarah pada pemain Persipura. & berlanjut dengan dirusaknya fasilitas di ruang ganti oleh pemain2 Persipura.

Bagi kami, tindakan yang dilakukan oleh orang2 yang dituduh sebagai "oknum" AREMANIA tesebut bukanlah tindakan rasis
dalam sebuah pertandingan sepakbola, dimana supporter berperan sebagai pemain keduabelas & ketigabelas, pasti akan melakukan apapun untuk kemenangan timnya. saling beradu nyanyian, atraksi, dukungan, dengan supporter lawan. hingga mars/chant untuk meruntuhkan mental pemain lawan. bahkan secara ekstrem seperti di luar, supporter tidak segan2 untuk berbuat kerusuhan hingga menyerang pemain lawan.
coba bandingkan sebutan terhadap pemain Persipura tersebut (monyet, hitam, dll) dengan julukan terhadap bonek, yaitu jancok. lebih parah bukan?! atau sebutan terhadap viking, yaitu anjing. begitu pula sebutan mereka terhadap kami, para pendukung AREMA. itu adalah hal yang biasa dilakukan dalam kultur sepakbola. jadi, jangan sekali2 hal tersebut dikait2kan dengan rasisme!

Yang perlu dicermati adalah PSSI, BLI, & Komdis!
yang perlu benar2 kita cermati adalah peran PSSI, BLI, & Komdis dalam membesar2kan peristiwa yang sebenarnya biasa2 saja itu. termasuk sanksi yang dijatuhkan pada AREMA. bayangkan saja berapa kerugian yang mesti ditanggung AREMA, jika satu pertandingan digelar tanpa penonton. untuk tim yang tengah mengalami krisis finansial gara2 tidak memiliki sponsor, hukuman itu terlalu berat. karena untuk membayar gaji & bonus pemain, serta biaya operasional pertandingan, PT AREMA harus merogoh koceknya sendiri, yang itu berasal dari pemasukan tiket. tumpuan AREMA hanyalah AREMANIA bung!
AREMA yang sejak awal berdiri hingga hari ini bersikap independen terhadap PSSI, selalu saja menjadi incaran. menjadi kambing hitam, selalu dicari2 kesalahannya, hingga akhirnya dijatuhi sanksi2 yang buntutnya mematikan AREMA secara pelan2.

yang perlu dirombak itu PSSI BANGSAT, beserta jajaran birokrasi korupnya; yang terbukti tidak becus mengurus sepakbola di Indonesia! kompetisi bobrok, wasit korup, timnas tidak berprestasi, dlsb! bukannya AREMA yang mencoba untuk survive dengan jalannya sendiri, & berusaha mati2an memberikan sebuah kebanggaan terhadap kera2 NGALAM!

Senin, 21 Desember 2009

AREMA 'TILL DEATH (Statemen Mad Lion Casuals)

MAD LION CASUALS adalah FIRM (geng supporter militan) pendukung AREMA. yang saat ini berada di 2 kota berbeda, yaitu Jakarta & MALANG. saat itu, "casuals" dipilih dengan alasan karena istilah tersebut dinilai tidak pasaran, & tidak terlalu berbau Inggris. karena hanya dimengerti oleh orang2 tertentu. yaitu orang yang tau tentang "Terraces Culture"/kultur teras (stadion sepakbola), & kultur2/sub-kultur disekitarnya; semacam skinhead, rudeboys, suedehead, bootbois, mods, punks, dll. tapi sialnya, akhir2 ini istilah "casuals" menjadi semakin pasaran, & digunakan secara sembarangan oleh orang2 yang tidak tau apa2 soal terraces culture. hal ini diperparah oleh banyaknya film tentang kultur sepakbola yang akhir2 ini muncul; seperti The Firm, Cass, Awaydays, dll. yang kemudian banyak memunculkan firm, casuals, bahkan hooligan karbitan.

Sekali lagi kami tegaskan; bahwa Mad Lion Casuals adalah FIRM!

tidak sembarang orang bisa menjadi bagian dari kami, tapi orang dengan berbagai latar belakang bisa jadi bagian dari kami. istilah "casuals" selain hanya nama, juga dipakai karena beberapa dekade belakangan menjadi strategi kamuflase ampuh. yang banyak digunakan geng supporter & hooligan di banyak negara. sebagai kamuflase terhadap lawan, terutama untuk menghindari incaran aparat. dengan tujuan agar tidak mudah dikenali, & dibedakan dengan penonton biasa. sehingga dalam hal ini apapun latar belakangnya; skinhead, rudeboys, suedehead, bootbois, mods, punk, hooligan, supporter fanatik, garis keras klub, orang biasa, dll; ketika datang ke stadion adalah berpenampilan casuals.
tentu kita tau bahwa pada dekade2 sebelumnya, seorang skinhead bisa dengan leluasa masuk stadion dengan menggunakan atribut skinhead, beserta steel toe bootsnya (boots dengan pelindung ujung kaki dari besi). yang selanjutnya ini digunakan sebagai senjata ketika terjadi tawuran antar supporter, & lumayan efektif menimbulkan kerusakan. sehingga kemudian, seseorang yang beratribut & "bertipikal" skinhead pasti menjadi sasaran cekal polisi, terutama di Inggris. hal ini juga yang menjadi alasan mengapa istilah "casuals" digunakan. jadi nama firm kami bukanlah tanpa sebab & alasan.

eksistensi Mad Lion Casuals saat ini adalah dibawah tanah. strategi clandestine ini dipakai, karena kami merasa tidak perlu untuk mengekspose firm ini. yang jelas, kami hadir disaat2 yang tepat & tidak diduga. yaitu; saat tim kebanggan kami AREMA SINGO EDAN diganggu oleh tim & supporter lawan, juga saat "diganggu" oleh wasit suap & sistem kompetisi yang korup!!!
meskipun paradigma yang berkembang di AREMANIA adalah sebagai supporter fanatik yang simpatik dengan aksi & atraksi2nya, seperti halnya ULTRAS di Italia; toh AREMA tetap membutuhkan kelompok supporter di garis terluar yang siap mengawal AREMA & AREMANIA dalam kondisi apapun! kami bukan pemain baru di kancah dunia persupporteran Indonesia. puluhan tahun digembleng dalam kerasnya kompetisi, & angkernya atmosfer supporter sepakbola Jawa Timur. justru inilah warna asli AREMA: keras, lugas, & tak kenal kompromi! berbagai peristiwa, baik besar maupun kecil sudah membuktikannya.


WE ARE PROUD BORN IN THE LAND OF THE BRAVE!
AREMA 'TILL DEATH!






Sabtu, 19 Desember 2009

Jadwal Pertandingan AREMA di Liga Super Indonesia 2009/2010

OKTOBER 2009
11 - Home - Persija Jakarta
14 - H - PSPS Pekanbaru
22 - Away - Bontang FC
25 - A - Persisam Samarinda

NOPEMBER 2009
28 - A - Persitara Jakarta Utara

DESEMBER 2009
02 - A - Pelita Jaya
06 - H - Persiwa Wamena
09 - H - Persipura Jayapura
12 - A - Persijap Jepara
16 - A - Persela Lamongan
19 - H - Persib Bandung
23 - H - Sriwijaya FC

JANUARI 2010
10 - H - Persema Malang
16 - A - Persebaya Surabaya
19 - A - Persik Kediri
24 - H - Persiba Balikpapan
27 - H - PSM Makassar

FEBRUARI 2010
06 - A - Persiba Balikpapan
10 - A - PSM Makassar
17 - H - Persik Kediri
21 - H - Persebaya Surabaya
24 - A - Persema Malang

MARET 2010
14 - A - Persib Bandung
17 - A - Sriwijaya FC
21 - H - Persijap Jepara
24 - H - Persela Lamongan

APRIL 2010
04 - A - Persiwa Wamena
07 - A - Persipura Jayapura
11 - H - Persitara Jakarta Utara
15 - H - Pelita Jaya

MEI 2010
16 - H - Bontang FC
23 - H - Persisam Samarinda
27 - A - PSPS Pekanbaru
30 - A - Persija Jakarta

Senin, 07 Desember 2009

caution!

PERLU KAMI JELASKAN DISINI KALAU KAMI BUKANLAH SEKUMPULAN FIRM KARBITAN YANG MUNCUL BEGITU SAJA.
KAMI INI BUKANLAH SEKUMPULAN ORANG YANG KESURUPAN FILM SEPERTI THE FIRM ( 2009) ATAUPUN GREEN STREET HOOLIGAN.
RATA-RATA DI FIRM INI ADALAH SKINHEADS..YA SKINHEADS ! BUKAN CASUALS.
MAD LION CASUALS HANYALAH NAMA FIRM KAMI.
JADI...! JANGAN PERNAH MENGANGGAP KAMI INI HANYA SEKUMPULAN ORANG YANG MENGIKUTI JAMAN...!

Jumat, 27 November 2009

go lion go

saatnya nanti kita membuat hingar bingar kota Jakarta dengan anthem2 Arema.
ayo AREMA, sore ini kita pasti menang !

Kamis, 19 November 2009

sabtu ini mari birukan Jakarta

it's time to show off force of MAD LION CASUALS !
cheers lads......!